Ribuan pengungsi Somalia menunaikan ibadah puasa bulan Ramadan dengan penuh keprihatinan. Mereka bahkan tak punya bahan makanan yang bisa dimasak untuk berbuka puasa.
Bencana kekeringan yang melanda Somalia membuat lebih dari 12 juta penduduk negeri itu terancam kelaparan. Selain Somalia, bencana kelaparan juga mulai meluas ke negara Afrika lainnya seperti Kenya, Uganda, Ethiopia dan Djibouti.
"Sudah dua hari ini kami hidup tanpa makanan sama sekali," kata pengungsi Somalia, Mohamed Dubow Saman.
Meski demikian, Saman tetap menjalankan ibadah puasa bersama kaum Muslimin lainnya di seluruh dunia. "Setidaknya Allah yang menginspirasi saya menunaikan puasa ini," ujar lelaki yang tinggal di kamp pengungsi Dadaab.
Begitu azan magrib berkumandang, saat umat Islam lainnya menikmati aneka santapan berbuka puasa, Saman dan pengungsi muslim lainnya tidak makan apapun, karena tidak ada makanan yang tersedia buat mereka berbuka. Ia harus menunggu sampai agak malam, karena pada saat itu ransum makanan baru dibagikan.
Kamp pengungsi Dadaab dibuka untuk menampung 90.000 pengungsi, sekarang dihuni oleh 380.000 pengungsi sehingga menjadi kamp pengungsi terbesar dan paling padat di dunia. Organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders mempekirakan jumlah pengungsi akan mencapai 450.000 orang sampai akhir tahun ini.
Untuk membantu para pengungsi Somalia, negara-negara Muslim sudah mengirimkan bantuan jutaan dollar. Arab Saudi menganggarkan 460 juta dollar untuk membeli makanan dan obat-obatan. Sementara Kuwait memberikan donasi sebesar 1,5 juta dollar, Qatar memberikan bantuan makanan untuk 8.000 pengungsi di Somalia setiap hari. Organisasi Konferensi Islam juga mendistribusikan makanan kering untuk warga Somalia di Mogadishu. (kw/oi/em)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar