13 Juni 2010

FPKS: “Tentara Mesir Itu Didikan Israel!”

Rombongan Freedom Flotilla bukan rombongan misi kemanusiaan yang pertama yang ingin menembus Gaza untuk menyalurkan bantuan kepada rakyat Palestina. Awal tahun 2010, rombongan Viva Palestina dengan Freedom Gaza March-nya, yang dikoordinasi oleh 16 negara, juga berupaya masuk Gaza lewat jalur darat. Iring-iringan George Galloway yang membawa puluhan kontainer bantuan juga ikut dalam rombongan tersebut. Setelah bertahan hingga 30 hari di perbatasan, pertumpahan darah dengan tentara Mesir penjaga perbatasan pun tak terhindarkan, korban berjatuhan, namun mereka berhasil masuk dan menyerahkan bantuan. Nurjanah Hulwani, anggota DPRD dari F-PKS adalah salah seorang yang mengikuti rombongan KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) yang bergabung dalam Freedom Gaza March tersebut sangat merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh relawan Freedom Flotilla yang beberapa waktu lalu dikepung Israel di perairan dekat perbatasan Gaza. Berikut penuturan Nurjannah Hulwani kepada reporter eramuslim.com yang ditemui di saat aksi solidaritas Palestina di Monas pekan lalu.

Bagaimana tanggapan Anda terkait aksi tentara Israel dan penghadangan pihak Mesir untuk masuk ke Gaza?
Seperti yang kita alami juga, saya membandingkan, tentara Mesir itu hampir sebagian, saya melihatnya sebagai hasil didikan Israel. Ketika kita ke sana itu, kita merasakan apa yang dirasakan oleh teman-teman yang ada di kapal itu. Saya melihatnya bahwa Israel ini sudah melakukan tindakan di luar nalar dan tidak rasional, tidak lagi memikirkan kemanusiaan karena sekali lagi, tujuan utama adalah, dia tidak ingin rencana-rencananya melakukan memblokade terhadap Gaza itu terhalangi atau kebiadaban yang mereka lakukan di Gaza itu jangan sampai diketahui oleh dunia luar, cukup dunia luar itu diinformasikan segala sesuatu sesuai dengan keinginan Israel bukan kenyataan yang ada.

Kenapa mereka sampai melakukan aksi penyerangan di perairan internasional?
Karena saya lihat, Israel tidak mau kecolongan yang kedua kali karena pada saat kita berangkat ke sana kita, 14 orang, menggunakan jalur darat sementara Viva Palestine yang dikoordinasi oleh 16 negara itu berhasil masuk, dan mereka bertahan selama 30 hari dan setelah melakukan demonstrasi dan pertumpahan darah lalu berhasil.

Dari situlah kemudian Israel marah besar, dia membuat sesuatu yang disebut dengan Tembok Pullatzi, tembok baja. Peristiwa ini, Israel berharap tidak terulang kembali, maka dia lebih siap siaga dibanding sebelumnya dan kelihatan sekali ketakutan yang luar biasa sampai melanggar, menjemput orang-orang yang ada di kapal itu untuk ditembaki. Karena merasa kecolongan saat kita berangkat pada awal 2010.

Apakah Anda akan berusaha kembali ke sana?
Saya jujur saja, tidak ada kata lain bagi kita, ketika peluang dan kesempatan itu ada, kita harus ke sana karena bagaimana pun ini adalah perjuangan yang tertunda. Apa yang dialami Viva Palestine itu baru setitik kepedulian yang kita perlihatkan, umat Islam sedunia dan kita harus terus-menerus melakukan menerobos Gaza agar bisa langsung memberikan bantuan moril dan materil. Jadi, tidak ada kata henti kita, kalau perlu, kita tingkatkan kembali semangat kita untuk ke Gaza.

Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi permasalahan Palestina?
Sekali lagi, saya mengingatkan, bahwa untuk menghadapi Israel laknatullah, tidak ada cara lain kecuali dengan cara melawan dan menghadapi mereka tanpa harus ada kompromi, karena kompromi itu hanyalah dibuat-buat mereka.


Lalu, bagaimana dengan peran umat Islam dalam hal ini?
Jadi, peristiwa ini merupakan peringatan bagi umat Islam, khususnya yang di Indonesia, dari seluruh ormas untuk bersatu padu, khususnya umat Islam yang ada di Indonesia, tidak hanya sebatas untuk sosialisasi tapi juga ada gerakan nyata bagaimana bisa memberikan kontribusi untuk perjuangan Palestina. (ind/em)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar