Seorang pejabat dari partai oposisi Tajikistan mengecam keras undang-undang baru yang melarang pemuda di bawah usia 18 tahun beribadah di masjid, gereja dan sinagog.
"Konstitusi Tajikistan menjamin kebebasan beragama, tetapi beberapa artikel UU ini bertentangan langsung dengan konstitusi dan tuntutan keagamaan masyarakat," kata Umari Hussaini dari Partai Kebangkitan Oposisi Islam mengatakan kepada Press TV.
"UU ini mengabaikan tuntutan agama umat Muslim dan bahkan orang Kristen," tambahnya.
Presiden Tajikistan Emomali Rahmon menandatangani UU, yang hanya memungkinkan pemuda, yang belajar di sekolah negeri agama, untuk hadir di masjid dan bergabung dengan asosiasi keagamaan.
Para pemuda lain diizinkan beribadah di masjid pada saat festival keagamaan dan pemakaman, menurut UU yang mulai berlaku pada hari Kamis kemarin (4/8).
Terletak di Asia Tengah dengan penduduk mayoritas Muslim, Tajikistan merdeka dari Uni Soviet pada tahun 1991.
Pemerintah Tajikistan sedang mencoba untuk mencegah generasi berikutnya menjadi apa yang pemerintah sebut sebagai Muslim radikal.
Namun, para pakar percaya bahwa tidak ada perlu ditakutkan dari radikalisasi masyarakat Tajik.(fq/prtv/em)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar