Pemanasan global berdampak pula pada kehidupan satwa liar. Karena musim panas jadi lebih panjang, waktu hibernasi atau tidur panjang saat musim dingin menjadi lebih pendek sehingga menciptakan ukuran marmut zaman sekarang yang lebih besar.
Bukan hanya ukuran tubuh, populasi marmut juga ikut membengkak karenanya. Dikutip dari Telegraph, Jumat (23/7/2010), hibernasi yang singkat membuat para marmut punya banyak waktu untuk berkembang biak selama musim panas.
Hal ini terungkap ketika tim peneliti dari Imperial College London melakukan pengamatan terhadap satwa tersebut di pegunungan Rocky, Colorado. Pengamatan di ketinggian 10.000 kaki trsebut telah dirintis pada tahun 1962.
Di awal penelitian, beberapa ekor marmut ditangkap hidup-hidup pada musim panas dengan menggunakan perangkap. Setelah diukur berat badannya, marmut tersebut diberi tanda serta kode di telinganya lalu dilepaskan kembali.
Sejak saat itu, pengamatan yang dilakukan terus menerus menunjukkan bahwa berat marmut meningkat rata-rata 11 persen atau sebesar 400 gram. Populasinya juga naik tajam, sebanyak 25 persen hanya dalam kurun waktu 33 tahun.
Pimpinan tim peneliti, Dr Arpat Ozgul mengatakan peningkatan tersebut diduga merupakan pengaruh jangka pendek dari perubahan iklim. Pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir membuat musim panas berlangsung lebih lama.
"Biasanya marmut hanya hidup selama 4-5 bulan dalam setahun. Waktu yang singkat itu digunakan untuk makan, berkembang biak kemudian kembali melakukan hibernasi selama musim dingin," ungkap Dr Arpat.
Untuk memastikan dampak jangka panjang pada marmut, ia berencana melanjutkan penelitian tersebut. Jika perubahan itu memang terjadi karena perubahan iklim, maka dampaknya bagi satwa liar tidak bisa dianggap remeh.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, populasi domba jenis tertentu di Skotlandia mengalami penyusutan dalam beberapa dekade terakhir. Diduga, hal ini juga disebabkan oleh pengaruh perubahan iklim.
(up/ir/dtk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar