Penjajah Zionis Israel diketahui nyaris mengalami kebangkrutan, terutama dalam sisi militerisasi dan pengembangan persenjataan. Angkatan bersenjata Israel misalnya, kekurangan tenaga untuk pasukan dan tentara yang siap bertempur di garis depan. Angkatan bersenjata Israel mengalami kekurangan serius dalam jumlah tentara, karena sebagian besar penduduk Israel enggan mati dan takut terlibat perang.
Data ini diungkapkan oleh analis pertahanan dan Tel Aviv University, Shlomo Brom yang mengatakan angkatan bersenjata Israel kekurangan tenaga pria dalam unit-unit pertempuran, dan juga mengalami kesulitan keuangan untuk membangun dan mengembangan sistem pertahanan jarak jauhnya.
Menurun Brom, angkatan bersenjata Israel mengalami dilema yang sangat serius. Di lain pihak mereka kekurangan tenaga-tenaga yang akan ditempatkan pada unit-unit tempur di garis depan menghadapi pejuang-pejuang Palestina dari Hamas, Jihad Islami, Fatah dan juga Hizbullah di Lebanon Selatan. Mereka memilih untuk mengembangkan system pertahanan dan teknologi perang jarak jauh.
Namun, Israel juga dihadapkan pada ancaman finansial dalam memenuhi kebutuhan pengembangan sistem militer ini. Dana yang dibutuhkan sangat besar, sementara potensi finansial Israel semakin berkurang. Termasuk akibat gerakan boikot produk-produk Israel yang kian memberikan dampak negatif pada perekonomian negara Zionis ini.
”Para prajurit akan lebih suka mengendalikan alat-alat perang tanpa turun langsung berperang dan mempertaruhkan nyawa mereka. Tapi untuk membangun teknologi militer seperti itu, dana yang diperlukan juga sangat besar dan bisa jadi mengancam perekonomian Israel,” ujar Brom. (sab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar