Dalam kondisi tidak seratus persen fit, Wayne Rooney dimainkan dalam laga versus Bayern Muenchen. Akibatnya, Rooney kembali cedera. Apakah Manchester United terlalu memaksanya untuk bermain?
MU membuat kejutan dengan memainkan Rooney pada duel kedua perempat final Liga Champions melawan Bayern Muenchen, Rabu (7/4/2010). Rooney yang tadinya diprediksi bakal absen dalam laga tersebut tiba-tiba muncul dalam daftar starting eleven. Pertanyaannya, kok bisa pemain yang mengalami cedera engkel dan harus istirahat minimal dua pekan, tapi sudah dimainkan lagi sementara pemulihannya baru berjalan sepekan?
Di situlah letak kemisteriusan Pelatih Sir Alex Ferguson. Ia tahu bahwa Rooney belum seratus persen pulih dan, karenanya, ia membuat taktik yang membuat Rooney bisa main seaman dan senyaman mungkin.
Ferguson memilih memakai pemain muda sebagai starter, kecuali kiper Edwin van der Sar. Tujuannya adalah menggempur Bayern secepat mungkin. Nani dan Antonio Valencia didorong habis-habisan untuk menusuk lawan dari kedua sayap.
Bagaimana dengan Rooney? Seperti tampak di babak pertama, terutama dalam 20 menit awal, Rooney lebih banyak memberikan wall pass. Pemain 23 tahun ini nyaris tak pernah lari membawa bola sendirian. Umpan dari tengah, langsung diberikan ke rekan terdekatnya dan selalu ada saja yang mendatangi Rooney untuk menjemput bola.
Kalau sekadar jadi tembok pemantul umpan, mengapa Ferguson tak memainkan Dimitar Berbatov, yang selama ini memerankan hal serupa? Jelas berbeda, Berbatov tak secepat Rooney. Naiknya produktivitas gol Rooney musim ini tak lepas dari nalurinya mencari ruang kosong dan membuka pertahanan lawan.
Taktik itu awalnya benar-benar berhasil. Dalam tiga menit, Rooney sudah memberikan assist untuk Darren Gibson, yang dengan gagahnya melepas tendangan keras ke pojok kiri gawang Hans-Jorg Butt.
Empat menit kemudian, giliran Nani yang melapis Rooney. Sementara bek lawan memperhatikan Rooney di kotak penalti, gelandang Portugal itu menggunakan backheel untuk memotong crossing Valencia.
Gol ketiga MU di menit ke-41 terjadi melalui proses hampir sama. Kali ini, Rooney berada di depan Nani, tapi ia memilih membiarkan bola dari Valencia melewatinya agar mudah dilesakkan oleh Nani.
Sebelum itu, Rafael da Silva membuang peluang karena ia tak mau memberikan bola kepada Rooney, yang jelas-jelas berdiri tak terkawal di tengah kotak penalti. Mungkin ia memahami instruksi bahwa Rooney bukan eksekutor di laga itu sehingga ia memilih mengirim kepada Nani yang berdiri lebih jauh dibanding Rooney.
Dari situ jelas bahwa Rooney, apa pun kondisinya, memang dibutuhkan oleh MU. Paling tidak, kehadiran Rooney di lapangan akan sangat membantu memberi tekanan psikologis bagi lawan. Bayern tentu tahu kondisi Rooney, tapi melihat kecepatan lari Rooney di menit-menit awal tentu membuat lawan terheran-heran.
Memang benar bahwa Rooney belum sembuh benar dari cedera di kaki kanannya. Dalam beberapa kesempatan, pencetak 34 gol untuk MU itu tampak masih sangat bugar berlari di hadapan lawan.
Adalah Daniel van Buyten, bek tengah Bayern yang bertugas menempel striker Inggris tersebut. Di bawah pengawasannya, Rooney kembali merasakan sakit di kaki kanan. Setelah disenggol Van Buyten di menit ke-22, Rooney tampak berjalan terpincang-pincang.
Rooney tetap nekat. Ia mengacungkan jempol ke arah bench untuk memberikan sinyal bahwa ia baik-baik saja. Ia pun kembali bermain meski larinya tak secepat sebelumnya.
Usai pertandingan, Ferguson merasa kesal karena pemain Bayern jelas-jelas mengincar kelemahan Rooney. Rooney kini harus kembali menjalani program pemulihan. "Pelanggaran itu menimbulkan masalah. Kami mengambil risiko (dengan memainkan Rooney). Kami akan melihat situasinya lagi. Saya rasa cederanya tidak serius. Kami perlu memberinya perawatan tapi saya yakin dia akan baik-baik saja pekan depan," tegas Ferguson. (kmp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar