Tanya:
Assalamu’alaikum wr wb.
Langsung saja saya mau tanya. Saya seorang mahasiswa baru. Ssaya seorang lulusan pondok. Pada saat menjalani aktivitas kuliah hati saya ada yang mengganjal. Biasalah dari pondok ke umum rasanya berat sekali. Sampai-sampai saya merasa ALLAH telah mencabut semua kenikmatan saya. Pintu-pintu surga rasanya sudah tertutup buat saya. Akhirnya demi ketentraman hati saya, saya berhenti dari aktivias kuliah tanpa diketahui oleh orang tua saya karena saya takut mengecewakan mereka. Bagaimana seharusnya saya menyikapi hal ini? Syukron atas jawabannya.
Yopi Mahardika (via e-mail)
Jawab:
‘Alaykum salam wr. wb.
Memang tidak mudah melakukan adaptasi, khususnya dari lingkungan pondok yang relatif islami dengan dunia kampus yang lebih sekuler dan hedonistik. Tapi itulah realita hidup kita saat ini. Adik jangan menyerah, seharusnya kondisi kampus (juga masyarakat umum) yang tidak ideal-Islami ini menjadi pemicu semangat kita untuk melakukan perubahan. Karena di manapun kita berada, kondisi seperti ini tetap ada. Yang harus kita lakukan adalah berdakwah melakukan perubahan. Ingat Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya di belakang kalian adalah masa kesabaran, bersabar di masa itu seperti menggenggam bara api, bagi orang yang bersabar pada jaman itu ada balasan setara dengan 50 orang yang melakukan sepertinya.” (para sahabat bertanya)” Wahai Rasulullah, apakah 50 orang di antara mereka?” Rasulullah menjawab, “Justru 50 orang di antara kalian.” (HR Abu Daud)
Jangan berhenti kuliah, apalagi orang tua sudah mengamanatkan perkuliahan ini. Cobalah bergabung dengan kawan-kawan yang memperjuangkan syariah Islam dan khilafah Islamiyah, insya Allah adik akan mendapatkan semangat untuk melakukan perubahan. [M. Iwan Januar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar