Israel hari Jumat menyatakan kepada PBB bahwa mereka memiliki hak menggunakan kekerasan untuk menghentikan kapal bantuan yang berusaha mencapai Jalur Gaza.
Dalam sepucuk surat kepada Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon, Duta Besar Israel untuk PBB Gabriela Shalev mengatakan, niat kapal barang Mariam berbendera Bolivia yang seluruh penumpang dan awaknya wanita “adalah melanggar blokade laut yang diberlakukan terhadap Gaza”.
Menurut duta besar itu, Israel juga memiliki informasi bahwa sebuah kapal lain, Naji al-Ali, berencana berangkat dari sebuah pelabuhan Lebanon dengan tujuan melanggar blokade itu.
“Israel memiliki hak sesuai dengan hukum internasional untuk menggunakan semua cara yang diperlukan untuk mencegah kapal-kapal ini melanggar blokade laut tersebut,” kata Shalev.
Ia mengatakan, “Tindakan konfrontasional semacam itu oleh penyelenggara serta mereka yang menawarkan persetujuan sangat menyulitkan dan membutuhkan perhatian masyarakat internasional.”
Israel mendapat kecaman internasional menyangkut penahanan 31 Mei terhadap armada enam kapal bantuan yang menuju wilayah Palestina itu ketika pasukan komando Israel menembak mati sembilan aktivis Turki.
Mariam, sebuah kapal barang berbendera Bolivia yang semula bernama Junia Star, berencana berangkat dari Lebanon utara menuju Siprus pada Minggu pukul 22.00 waktu setempat (Senin pukul 02.00 WIB) pada bagian pertama rencana pelayarannya menuju Gaza, kata penyelenggara Samar al-Hajj, Kamis.
Kapal yang membawa bantuan itu akan berusaha menerobos blokade Israel yang telah berlangsung empat tahun. Lebih dari 50 aktivis wanita Lebanon dan asing berada di kapal itu, termasuk penyanyi pop lokal May Hariri.
Naji al-Ali, sebuah kapal lain Lebanon yang diatur oleh wartawan, juga telah mengumumkan akan berlayar ke Gaza melalui Siprus namun belum mendapat izin dari pihak berwenang Lebanon. (M014/A038/ant/dkt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar