Bulan, yang merupakan satelit alami bumi, ternyata mengkerut.
Hasil riset terbaru menunjukkan proses itu terlihat dari berbagai retakan pada kerak bulan.
Retakan-retakan yang menyebabkan bulan menyusut itu terbentuk karena proses pendinginan selama miliaran tahun.
"Seperti balon yang sedang menyusut, satelit bumi kita ini sedang berkontraksi dengan sebagian permukaannya yang semakin mendingin," ujar para ilmuwan seperti yang diberitakan ITN, Jumat (20/8/2010).
Alhasil, diameter benda yang tampak indah dari bumi itu berkurang sekitar 328 kaki atau 100 meter.
Tentu saja perubahan ukuran itu tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Diameter bulan sendiri adalah sekitar seperempat dari bumi.
Beberapa retakkan juga terlihat di foto-foto yang diambil dekat ekuator bulan oleh astronot Apollo.
Bahkan 14 retakkan kini telah diidentifikasi oleh Lunar Reconnaissance Orbiter spacecraft.
Retakkan-retakkan tersebut banyak ditemukan pada dataran-dataran tinggi, menunjukkan bahwa garis-garis retakkan tersebut terlihat di sekeliling bulan.
Hal itu dijelaskan Thomas R. Watters dari Pusat Pengamatan Bumi dan Planet-Planet dari Museum Antariksa dan Udara Smithsonian, AS.
Awalnya, peneliti menemukan lereng-lereng curam itu di garis khatulistiwa bulan. Tetapi belakangan, hal itu juga ditemukan di berbagai tempat lainnya.
Tebing-tebing curam itu memanjang membentuk suatu kawah kecil yang cenderung menghilang dalam kurun waktu tertentu. Ini menunjukkan lereng-lereng itu terbentuk dalam waktu yang sangat panjang.
"Temuan yang paling menakjubkan adalah bahwa kontraksi itu masih terjadi dan menunjukkan bahwa kerutan bulan terus aktif," kata Watters. (ar/vs/ok) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar