Pada kondisi tertentu seseorang bisa membaca dengan suara keras atau hanya membaca di dalam hatinya saja. Tapi jika tidak bisa membaca dalam hati atau harus dilafalkan, maka bisa jadi orang tersebut terkena disleksia.
Disleksia adalah penurunan kemampuan otak untuk menerjemahkan gambar tertulis yang diterima dari mata ke dalam bahasa yang bermakna.
Orang yang mengalami disleksia akan terasa aneh melihat seseorang membaca tanpa menggerakkan bibirnya atau membaca dalam hati. Hal inilah yang dialami oleh penderita disleksia Gary Chevin saat melihat istrinya Carol membaca. Dia bingung melihat istrinya membaca dengan diam.
"Dia bilang dia sedang membaca di kepalanya. Aku bertanya apa yang terdengar dan dia bilang seperti suara. Tapi aku tidak pernah mendengar suara itu di kepala saya," ujar Gary yang menderita disleksia sejak anak-anak seperti dikutip dari Dailymail, Senin (5/4/2010).
Gary didiagnosa menderita disleksia yang parah saat berusia 7 tahun, dengan kondisi seperti itu ia harus selalu berjuang untuk membaca. Kebanyakan orang dapat menggunakan suara hatinya untuk membaca secara sadar, tapi tidak bagi orang yang mengalami gangguan disleksia.
"Seorang anak biasanya akan mulai belajar membaca sesuatu dengan suara yang keras. Tapi pada tahap tertentu di saat kemampuan membacanya sudah baik, maka ia akan mampu untuk berbicara dalam hatinya yang biasanya terjadi saat usia 7 atau 8 tahun," ujar Professor Rod Nicolson, kepala psikologi di University of Sheffield.
Prof Nicolson menuturkan semua orang beranggapaan bahwa dirinya sama dengan yang lain, padahal tidak semua orang memiliki suara batin (inner voice). Tapi peneliti menemukan orang yang mengalami disleksia bisa melakukan pidato dengan baik, meskipun terdapat perbedaan dalam hal kelancaran berbicara.
"Tidak ada yang tahu secara pasti apa yang menyebabkan disleksia, tapi tanda-tanda risiko disleksia dapat terdeteksi sejak anak berusia 3 tahun. Dari penelitian ditemukan bukti pada orang yang disleksia, saat sedang membaca sisi kiri dari otaknya yang berperan penting dalam hal pengolahan bahasa tidak bekerja aktif seperti yang seharusnya," ujar Dr Kate Saunders, dari British Dyslexia Association.
Akibat dari kondisi ini, orang yang mengalami disleksia harus berjuang saat sedang membaca, mengeja dan menulis serta mengalami kesulitan membuat hubungan antara kata-kata atau huruf yang tertulis. Diagnosis dini dan program pengajaran yang terstruktur akan sangat membantu.
Gangguan kondisi disleksia ini dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Trauma disleksia.
Kondisi ini biasanya terjadi setelah adanya trauma otak atau cedera di daerah otak yang mengontrol bagian membaca dan menulis. Gangguan ini jarang terjadi pada usia sekolah.
2. Primer disleksia.
Kondisi ini diakibatkan adanya disfungsi dari sisi kiri otak (cerebral cortex) dan bukan disebabkan oleh adanya kerusakan. Gangguan ini biasanya diturunkan melalui gen atau keturunan, dan lebih sering dijumpai pada laki-laki.
3. Sekunder disleksia.
Kondisi ini disebabkan oleh hormon selama tahap awal proses perkembangan janin.
(ver/ir/dtk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar