Anehnya, Moqtada al-Sadr tidak pernah bisa memutuskan apakah ia mendukung Pemerintah Baru Iraq atau tidak. Suatu hari ia bergabung dengan pasukan mereka, pada hari berikutnya ia berbicara besar tentang menjatuhkan Pemerintah.
Alasan mengapa ia terlihat begitu konyol sekarang adalah bahwa ia telah menunggu terlalu lama, dan ini karena Amerika telah gagal menghancurkan perlawanan Sunni. Moqtada dimaksudkan sebagai pahlawan agama anti-pemerintah anti-pendudukan, tapi tindakannya telah terbukti sebaliknya.
Saat ini, tampaknya Moqtada masih menunggu waktu yang pas dimana kekuatan yang mengendalikannya menyuruhnya bangkit melawan pendudukan asing. Sekarang pemerintah Syiah telah diterapkan di Iraq, kecuali bahwa para pembesar Syiah tidak ingin terlihat seperti boneka Amerika, maka mereka akan terus menjaga Sadr.
Selama beberapa tahun terakhir ini banyak kelompok-kelompok perjuangan Sunni telah sadar siapa sebenarnya Sadr. Sebagian orang bahkan menemukan bukti bahwa anak buahnya bekerja diam-diam dengan Amerika. Kelompok-kelompok perlawanan Sunni seperti Ansar-Sunnah dan Jaysha Abi Bakar telah ditangkap dan dieksekusi oleh komrad-komrad Moqtada al-Sadr.
Baru-baru ini Sadr berusaha untuk memenangkan dukungan dengan berpura-pura menjadi seorang nasionalis dan menggambarkan dirinya sebagai lawan Iran. Tapi satupun tidak ada yang benar akan ini. Iran adalah pemasok besar senjata kepada Sadr, dan Iran bahkan mengirim orang ke Iraq untuk bergabung dengan tentara "Mahdi" dan juga brigade Badr yang "pro-Amerika." Perlawanan kelompok Ansar Sunnah Sunni pernah menangkap seorang anggota pasukan Sadr yang berasal dari Iran setelah pertempuran dan mengalahkan sekelompok pejuang dari tentara "Mahdi." Sandera Iran bahkan diberi peralatan oleh Iran dan dikirim ke Iraq oleh Pemerintah Iran sendiri.
Siapa Moqtada Al-Sadr?
Maqtada al-Sadr lahir pada 12 Agustus 1973. Selama ini, ia menyebut dirinya sendiri sebagai seorang teolog dan pemimpin politik Irak.
Ia meraih popularitas di kalangan warga Irak setelah kejatuhan pemerintah Saddam Hussein oleh invasi Amerika tahun 2003, ia juga populer karena statusnya ayahnya, Ayatullah Kazem al-Haeri, seorang Syiah yang pada zaman Saddam diisolasi.
Sejak awal al-Sadr jelas ingin menciptakan teokrasi Islam di Irak, dan pada kesempatan lain, ia menyatakan bahwa ia ingin menciptakan sebuah demokrasi "Islam" di Iraq.
Dalam khutbah dan wawancara publiknya, al-Sadr berulang kali menuntut penarikan semua pasukan koalisi yang dipimpin AS, semua pasukan asing di bawah kendali PBB, dan pembentukan pemerintah Irak yang baru , yang steril dari partai Ba'ath atau Allawi. Ia menyatakan pemerintahan Allawi tidak sah, dan ia menolak untuk bekerja sama dengan mereka, namun penolakan itu terus berubah-ubah tergantung pada keberhasilan dari negosiasi dengan pemerintah interim.
Hubungannya dengan syiah
Al-Sadr mencanangkan pemerintah Iraq yang didominasi Syiah, seperti Iran. Al-Sadr dengan gegabah mengganti sebuah kota di Baghdad dengan namanya, Sadr City. Sebelumnya disebut Saddam City. Setelah jatuhnya pemerintah Saddam pada tahun 2003, al-Sadr mengorganisasi ribuan pendukungnya menjadi gerakan politik, yang mencakup sayap militer yang dikenal sebagai al-Mahdi Jaysh atau Tentara Mahdi. Pemilihan nama Mahdi sudah jelas dilatarbelakangi keyakinan Syiah yang lekat. (sa/islamicawakening)
HABIS (em)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar