Di akhir pekan lalu, saya sempatkan menonton satu film lama yang direkomendasikan seorang kawan. Judulnya March of Penguins. Inilah sebuah film dokumenter yang menarik, yang bercerita tentang perjuangan hidup induk penguin raja, yang pergi meninggalkan sarangnya yang nyaman, melintasi jalan sepanjang lebih dari 70 mil dalam upaya mencari makanan.
Para penguin itu tidak menggunakan kendaraan. Mereka juga tidak bisa terbang. Mereka menyusuri jalan penuh karang berselimut salju dengan berjalan kaki, tanpa pakaian untuk menghangatkan badan.
Dalam waktu 7 hari, mereka diharapkan kembali ke sarang dengan tembolok penuh makanan. Makanan itu bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk pejantan penguin yang tengah mengerami telur penguin sepanjang bulan Maret ampai Juni. Juga untuk persiapan menyambut kehadiran sang bayi penguin di awal Juli.
Kelangsungan hidup bangsa penguin raja, sangat ditentukan oleh keberhasilan induk penguin membawa makanan. Kegagalan mereka kembali ke sarang, akan mengancam kehidupan pejantan penguin raja sekaligus sang calon bayi penguin, yang pasti pula berpengaruh pada keberlanjutan generasinya. Dan untuk tujuan itu, sang induk rela menembus hawa dingin padang karang bersalju yang dingin, serta ancaman binatang buas.
Menonton film ini, sungguh membuat saya mengucap syukur berkali-kali pada Tuhan. Ternyata, sekalipun Tuhan mencoba manusia, dengan berbagai kesulitan hidup, tetapi kesulitan itu nyata-nyata hanya sepersekian dari kesulitan hidup yang dialami oleh para induk penguin raja. Lebih sulit juga dari perjalanan hidup seekor nyamuk, yang harus mempertaruhkan nyawanya dalam rangka mencari makanan berupa darah segar manusia. Setiap saat, ia harus siap beradu cepat dengan tepukan tangan manusia. Lebih cepat, ia selamat untuk sementara. Terlambat, ia mati konyol.
Para induk penguin juga mengajarkan tentang kesetiaan pada keluarga dan bangsanya, serta keberanian berkorban untuk mendapatkan tujuan hidup. Kesetiaan dan pengorbanan yang akan terhenti jika dan hanya jika maut datang menjemput.
Tak dapat dibantah, kesulitan lah yang membuat spesies penguin raja masih bertahan hidup saat ini. Kegigihan melawan hambatan alam, membuat mereka tetap eksis.
Belajar dari kesulitan hidup yang dialami penguin raja, berbesar hati lah. Bersyukurlah atas segala kesulitan, karena kita sedang dididik oleh Yang Maha Kuasa untuk menjadi lebih kuat. Jangan berdoa agar Tuhan tidak memberikan cobaan hidup berupa kesulitan. Berdoalah agar kita kuat menghadapi cobaan dan kesulitan hidup.
Manusia yang sejak awal kehidupannya hanya diisi dengan kemewahan dan kesenangan hidup, biasanya akan tumbuh menjadi manusia cengeng dan tidak bertanggung-jawab. Ketika dianugerahi kemewahan hidup, digunakan untuk foya-foya. Mereka bersenang-senang. Tapi ketika ia harus menerima hukuman atau ujian hidup, mereka menghindar.
Cobaan dan kesulitan hidup yang dihadapi sepanjang kehidupan, akan mendidik manusia menjadi kuat, tahan uji dan bertanggung-jawab. Itulah sekolah kehidupan yang sebenarnya. Namanya, Universitas Kesulitan.
(Sudah dimuat di halaman 8 Rubrik Inspirasi Harian Semarang, Sabtu 17 Juli 2010/wi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar