Mahasiswi Muslim yang mengenakan penutup wajah (niqab/burqa) akan dilarang di universitas-universitas Suriah, salah satu negeri Muslim, sungguh ironis!
Ghiyath Barakat melaporkan bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai akademi dan tradisi universitas Suriah.
Aturan ini dipublikasikan pada situs All4Syria untuk mendapatkan respon dari pelajar dan orang tua mereka.
Isu mengenai hal ini telah ramai dibicarakan di negara lainnya, khususnya negara-negara Eropa.
Kinda al-Shammat, profesor hukum dan aktivis hak asasi wanita di Damaskus menyambut hangat rencana ini dan mengatakan bahwa ia merupakan seorang penganut Islam moderat.
"Kami tidak akan pernah menjadi ekstrim kiri atau ekstrim kanan," ujarnya kepada Al-Arabiya.
Koresponden BBC di Damaskus, Lina Sinjab mengatakan, aturan ini menandakan bahwa kemasyarakatan Suriah semakin konservatif.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Suriah menyaksikan semakin banyak dan banyak Muslimah yang menutup auratnya secara penuh," lapornya.
"Keputusan ini terlihat sebagai langkah pemerintah yang berusaha mempertahankan identitas sekularnya."
Pada tahun 2009, salah seorang "ulama" Mesir melarang Muslimah menggunakan niqab di universitas Al-Azhar. (haninmazaya/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar