31 Maret 2010

Mthree Communication, Advertising Semi Syariah Membawa Barokah

Advertising, dari dulu hingga kini, menjadi pilar penting bagi perusahaan. Jelas saja, tanpa beriklan, perusahaan tentu kewalahan menggenjot target penjualannya. Namun, ke mana mencari perusahaan advertising yang berorientasi syariah, murah, dan lebih berkah? Coba saja ke Mthree Communication.

Free Production Jadi Unggulan

Sejarah Mthree Communication dimulai sejak tahun 1989, waktu itu masih bergabung dengan sebuah Rumah Produksi bernama PT Pradsindo, yang mengerjakan beberapa produk dari Grup Tempo. Mulai tahun 1994, Mthree Communication berdiri sendiri. Di awal kemunculannya, Mthree Communication yang dulunya bernama Mandiri Advertising ini bekerja sama dengan beberapa stasiun televisi swasta untuk klien berskala menengah dan produk berskala nasional.


Keunggulan Mthree Communication adalah pada pola-pola sederhana dan free production dengan memfokuskan kepada produk UKM (usaha kecil dan menengah). Dengan keunggulan tersebut, terutama free production, banyak pihak yang memakai jasa Mthree Communication. Kenapa? Biasanya, perusahaan yang ingin beriklan di televisi harus mengeluarkan biaya besar untuk produksi. Nah, karena Mthree Communication menggandeng rumah produksi PT Pradsindo, biaya produksi dapat ditekan, bahkan gratis. Tak heran, selain banyak klien yang memakai jasa Mthree Communication, banyak pula pesaing yang gigit jari. Kerja sama dengan PT Pradsindo, yang digawangi oleh kakaknya sendiri, menurut Fahrizal Zain, Direktur Mthree Communication, merupakan cikal bakal dari Mthree Communication saat ini.

Fahrizal mengatakan, “Kita sebenarnya fungsi advertising tapi memberi fasilitas free production.Kalo iklan, biasanya sendiri-sendiri, kita bikin film di production house, dengan izin tayang, setelah jadi, diserahin ke klien dengan advertising.”

Strategi Jitu, Bertahan di Level Menengah

Pada 1996, Mandiri Advertising mendeklarasikan sebagai 'a full service advertising agency' yang melayani advertising Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL), termasuk event (kegiatan off-air). Saat bekerja sama dengan RCTI, Mthree Communication telah melakukan terobosan dalam pola perdagangan produk, yaitu dengan cara barter. “Dulu kita sampai membantu barter produk yang nggak bayar, bayar pakai barang. Kita yang urus, disalurkan penjualannya lewat Koperasi Jembatan Kesejahteraan untuk membantu warung (usaha kecil),” ujar Fahrizal. Koperasi Jembatan Kesejahteraan adalah suatu program dari RCTI untuk memfasilitasi klien-klien besar yang mengalami kesulitan dalam hal pembayaran.

Mandiri Advertising mendapat nama baru, yaitu Mthree Communication, pada tahun 2002. Lahir dari situasi-situasi yang bisa dibilang tak selalu mulus, membuat Mthree Communication tahu benar harus menempatkan diri pada posisi yang aman, yaitu level menengah.

Fahrizal Zain, Direktur Mthree Communication. “Saya agak konservatif. Dalam sejarah, kita hanya merugi sekali dan itu pun nggak banyak. Di saat orang rugi, kita selalu selamat. Makanya, saya mulai bertahan di level size perusahaan menengah,” lanjut Fahrizal yang juga nimbrung di PT Mina Global Mandiri, perusahaan eksportir crabmeat (rajungan) sebagai Marketing & Business Development.

Walhasil, dengan strategi itu, Mthree Communication mempunyai klien loyal dari awal berdiri hingga saat ini. Sebut saja, PT Unican Surya Agung (Milkita, Jagoan Neon), PT Indofarma, PT Behaestex (sarung ATLAS), PT Adab Alam Elektronik, Dompet Dhuafa Republika, hingga PT Sea World Indonesia. Selain nama-nama klien tersebut, masih banyak sederetan nama klien lain yang mempercayakan produksi iklannya pada Mthree Communication. Memang, soal pemilihan klien, Mthree Communication termasuk 'pemilih'. Keputusan untuk bertahan di level menengah juga bukan tanpa alasan. Karena semakin besar pohon, semakin kencang anginnya. Begitulah kira-kira filosofi yang dianut oleh Mthree Communication. Dari klien yang sudah loyal tersebut, Mthree Communication memang sudah nyaman bekerja sama dengan perusahaan yang memproduksi makanan untuk anak-anak dan menghindari produk dengan target market dewasa.

“Kita mencoba mengarahkan untuk lebih fokus pada market iklan korporat anak-anak. Pertama, kita sudah lama meng-handle, jadi wawasan kita lebih kuat. Kedua, walaupun kita tidak disebut syariah, tapi secara perjalanannya, kita mencoba menjalankan secara syariah pada prakteknya. Kita merasa kalau dengan anak-anak, kita akan terhindar dari konsep-konsep kreatif yang agak negatif. Kalau kita harus megang produk dewasa atau remaja, harus pakai celana pendek, harus pakai macam-macam, misalnya,” ujar Fahrizal yang juga mendirikan agency syariah bernama Sevilla Agency.

Budaya Kerja Nyaman, Karyawan Loyal

Aspek syariah juga mulai digali Fahrizal sebagai direktur Mthree Communication, terutama dalam budaya kerja. Pengajian rutin diadakan setiap pekan, begitu pula ketika rapat, dibuka dengan pembacaan surat Al-Fatihah dan hadits. Lambat laun, beberapa karyawati Mthree Communication terwarnai dan mengenakan jilbab atau kerudung, sementara yang pria rajin melakukan sholat di masjid. Selain kenyamanan dalam pekerjaan, Fahrizal juga pimpinan yang berusaha memahami bawahannya. Misalnya, pemberian tunjangan keluarga, seperti biaya sekolah anak, biaya berobat, hingga memfasilitasi pembelian rumah. Prinsip Fahrizal, makin ke bawah, harus makin besar prosentase kesejahteraannya. Selain itu, Fahrizal juga memberikan kesempatan jenjang karier kepada karyawan tingkat bawah. “Beberapa karyawan kita dari OB sekarang sudah jadi manajer umum. Kita latih, kita kasih kesempatan,” katanya.

Budaya kerja yang nyaman seperti itu terang saja membuat karyawan Mthree Communication loyal dan betah dalam menjalani pekerjaannya. Kenyamanan ini tentu saja turut andil dalam memudahkan pencapaian target Mthree Communication tiap tahunnya. Pada tahun 2010 ini, Mthree Communication mulai menjangkau alternatif media yang belum pernah disentuh sebelumnya, misalnya media beriklan di internet, media iklan luar ruang yang spesifik, selain memaksimalkan klien yang sudah ada.

Ada tiga divisi di Mthree Communication, yaitu Media & Research Development Center, Production & Event, serta Creative Chamber, selain Account Service. Dalam menjalankan usahanya, Mthree Communication menerapkan metode berikut: focus & observation, under control-fully back up-compromise, on time good service, competitive price, and hit the target.

Persaingan industri kreatif, menurut Fahrizal, kini lebih spesifik karena sudah sangat segmented. Perusahaan advertising haruslah mengikuti perkembangan ilmu marketing dan kekuatan branding yang melekat di masyarakat. Dulu, saat krisis datang pada 1997 dan 2008, banyak produk lokal ambruk dan memotong biaya iklan. Justru, saat itu, produk luar seperti minuman soda Coca Cola, dll. semakin jor-joran beriklan. Kenapa? Karena cara berpikir orang kita (Indonesia) terbalik dengan orang Barat. Seharusnya, kata Fahrizal, ketika krisis, di mana pesaing lemah, kita harus keluar, supaya branding, orang lebih ingat.

Alhamdulillah, di tengah maraknya industri kreatif yang kebablasan, masih ada perusahaan advertising yang memperhatikan aspek-aspek syariah dalam usahanya. Banyak pilihan beriklan, tapi kini kita tahu harus ke mana.

Mthree Communication (PT Muda Mulia Mandiri) dapat dijumpai di Jln. Pancoran Timur VII No. 3, Jakarta Selatan 12780, telp. 021-7919 4910 (hunting) atau email: mthree@cbn.net.id. (ind/em)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar