Pasalnya, makanan yang mengandung lemak dan gula bisa memancing pusat kesenangan' pada otak, yang juga menjadi penyebab ketergantungan obat-obatan. Hal itu membuat seseorang bisa 'kecanduan' makanan yang tidak sehat.
Temuan ini kemudian bisa menjelaskan penyebab meningkatnya angka penderita obesitas atau kegemukan dan kesuksesan restoran penyedia fast food.
Diberitakan Daily Mail, Jumat (2/4/2010), Paul Kenny dan timnya dari Scripps Research Institute di Jupiter, Florida, melakukan eksperimen pada tikus, dengan memberi mereka makanan mengandung keju, lemak babi dan sosis.
Setelah beberapa lama percobaan berjalan, tikus-tikus eksperimen tersebut mulai mengalami pertambahan berat badan dan memperlihatkan gejala ketergantungan.
"Penelitian ini menghadirkan bukti paling menyeluruh dan menarik yang memperlihatkan ketergantungan obat-obatan dan obesitas mempunyai mekanisme neurobiologis yang sama," terang Kenny.
Menurut Kenny, tikus-tikus tersebut kehilangan kontrol pada kebiasaan makan mereka. Buktinya, mereka tetap makan meskipun disetrum. Setruman ini befungsi untuk melihat seberapa terdorongnya mereka mengonsumsi makanan lezat yang dihidangkan di hadapan mereka.
Selama percobaan, tikus-tikus dihadiahi dengan kejutan elektrik yang menyenangkan. Tikus-tikus ini bisa mengontrol jumlah stimulasi yang mereka dapatkan dengan berlari di roda.
Peneliti menemukan, tikus yang memakan lebih banyak junk food dapat berlari lebih jauh. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memerlukan lebih banyak stimulasi otak untuk merasa lebih baik.
Saat tikus tengah melahap makanan berkadar lemak tinggi, peneliti menyetrum kaki mereka. Tikus yang mengonsumsi diet normal dengan cepat menghindari makanan yang tidak sehat. Sementara tikus yang sebelumnya telah mengonsumsi junk food membiarkan sentruman di kaki dan tetap mengonsumsi makanan tinggi kalori tersebut.
Hasil penelitian pada akhirnya menyimpulkan bahwa makanan cepat saji dapat mengubah keseimbangan zat kimia di area 'reward circuit' pada otak. Area ini berfungsi mengatur zat kimia dopamine yang menimbulkan perasaan nyaman. Perubahan yang sama juga terjadi di otak tikus yang diberikan kokain atau heroin, yang diyakini berperan menimbulkan rasa ketergantungan.
Sementara itu, penelitian sebelumnya menyatakan,bahwa, Salah satu faktor penyebab orang kesulitan untuk bersabar, menurut penelitian University of Toronto adalah konsumsi makanan cepat saji. Saat ini orang-orang yang hidup di dunia modern tergolong cepat naik pitam dan sulit untuk bersabar
"Fast food telah mewakili budaya saat ini yang membutuhkan waktu cepat dan kepuasaan instant" kata Chen-Bo Zhong, peneliti dari University of Toronto seperti dib eritakan LiveScience.
Kemunculan industri restoran cepat saji telah mempengaruhi budaya masyarakat modern. Prinsipnya fast food menciptakan pemikiran bahwa karena lapar dan waktu yang sedikit orang seolah-olah diharuskan makan cepat dan segera menyelesaikannya dalam waktu singkat. Hal itu pun terbawa dalam aktivitas lain.
Zhong mencontohkan, orang akan berjalan lebih cepat saat mencoba mengejar suatu rapat dengan rekan kerja. Orang melihat segala sesuatunya berdasarkan kebutuhan yang harus dilakukan secara cepat.
Sementara itu, peneliti lain Sanford DeVoe juga mengungkapkan hal serupa, bahwa fast food merupakan salah satu cara yang memungkinkan seseorang menghemat waktu, tapi efeknya adalah seseorang menjadi tidak sabar. (ar/z2K) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar